ilmu Perbandingan agama
Agama
hadir dengan berbagai wajah menjadikan seseorang lebih peka dalam menghadapi
ancaman-ancaman yang datang untuk menggoyahkan kepercayaan yang telah diyakini.
Pada hakikatnya,agama merupakan sebuah totalitas keyakinan, maka sudah barang
tentu sangat besar pengaruhnya terhadap ajaran yang dianut setiap orang.
Sehingga tak jarang jika banyak yang ingin menjatuhkan sebuah agama dengan memakai
'topeng' kebaikan yang sangat besar pengaruhnya terhadap keutuhan dari sebuah
agama tersebut.
Dewasa
ini,munculnya persaingan agama telah menjadi hal yang kerap kali terjadi.dalam
lingkup lembaga sekolah, ketika memasuki sekolah yang notabenenya 'umum', maka
banyak didapati hiterogen agama didalamnya. Islam, kristen, hindu, budha maupun
katolik membawa pokok-pokok dasar agama yang diyakini seringkali menyalah
gunakan ajaranya untuk mengelabuhi agama lainnya. sehingga sebagai calon
pendidik yang eksistensinya luas, maka hal semacam itu perlu dikritisi.
Ilmu
perbandingan agama yang merupakan kajian yang membahas tentang keseluruhan
agama, baik meliputi sistem keyakinan, peribadatan dan kelembagaan inilah
merupakan gerbang untuk menyikapi hal-hal yang dikhawatirkan.akan tetapi perlu
digaris bawahi bahwa ketika berbicara mengenai persamaan dalam beragama,maka
agama islam mempunyai batas-batas tersendiri. Sebagai mana sikap toleransi
beragama, ketika disuatu lembaga menerapkan sikap saling toleransi antar umat
beragama, maka sikap kita sebagai pendidik harus menelaah terlebih dahulu
batas-batas yang diperbolehkan agama islam.
1.
Ilmu
perbandingan Agama Perlu Kita Pelajari
Berangkat dari definisi, tujuan dan
system perbandingan Agama
a. Definisi Perbandingan Agama
Ilmu perbandingan agama adalah ilmu yang mempelajari tentang agama, sistem
keyakinan, pribadatan, dan kelembagaan agama secara ilmiah dengan pendekatan
holistik (secara menyeluruh, beragam). Mukti Ali berpendapat
bahawa ilmu perbandingan agama adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan
yang berusaha untuk memahami gejala-gejala keagamaan dari suatu kepercayaan
(agama) dalam hubungan dengan agama lain. Pemahaman ini mencakup persamaan dan
perbedaannya. Selanjutnya dengan pembahasan tersebut, struktur yang asasi dari
pengalaman keagamaan manusia dan pentingnya bagi hidup dan kehidupan di
pelajari dan dinilai.[1]
Perbandingan Agama yang dimaksud disini yaitu suatu cabang ilmu pengetahuan yang beusaha untuk memahami gejala-gejala keagamaan dari
suatu kepercayaan dalam hubungannya dengan agama lain. Pemahaman ini meliputi
persamaan, juga perbedaan. Dari pemahaman yang sedemikian itu struktur yang
asasi dari pengalaman keagamaan dan pentingnya bagi hidup dan kehidupan orang
itu akan dipelajari dan dinilai[2].
Ilmu Perbandingan Agama akan menguraikan tentang berbagai cara yang
dipergunakan orang untuk mencukupi keperluannya akan agama itu dan berbagai
cara yang digunakan untuk menunaikan keharusan-keharusan sesuai dengan
kodratnya manusia. Perbandingan
agama itu sendiri tidak akan menilai akan cara-cara yang dipergunakan itu betul
atau salah.
Sehingga
dapat dipahami bahwa Ilmu Perbandingan Agama tidak hanya membanding-bandingkan agama saja, tetapi
juga melakukan kajian historis, fenomenologis, atau secara umum melakukan
kajian yang bersifat ilmiah atau scientific. Hal itu akan semakin jelas setelah
dibahas mengenai metode-metode yang digunakan dalam Ilmu Perbandingan Agama.
b.
Tujuan Ilmu Perbandingan Agama
Agama
merupakan concern manusia sebagai totalitas, tentulah agama itu sangat besar peran
nya termasuk mempengaruhi sikap pemeluk agama dalam bersikap menghadapi apa
saja di sekitar nya serta menghadapi nasipnya sendiri. Oleh karena itu tidak
lah salah kalu di kata kan bahwa di antara fungsi agama itu justru memberikan
integritas masyarakat atau pun kejiwaan.
Tujuan
lain dari ilmu perbandingan agama diantaranya :
a) menentukan apa yang esensi dari
agama, seperti yang dikata kan oleh Fenomenologi benyamin constant di
prancis dan Cristoph meiner di jerman, diantara nya di temukan bahwa
agama-agama itu banyak persamaan nya
b) ilmu perbandinngan agama adalah
menjadi asal usul agama, the origin dari agama. Asal-usul agama yang di
peroleh kan atau yang di cari adalah apakah sebenar nya sal usul agama itu..
Lebih
jauh dapat di jelaskan tujuan ilmu perbandingan agama adalah mengetahui isi ajaran
agama yang sesuai dengan pemahaman dan penghayatan pemeluk-pemeluknya.
c.
Sistem Ilmu Perbandingan Agama
a) Politeisme, Sistem politeistik: Polytheisme (kepercayaan banyak tuhan) diperkirakan berasal dengan Hindu
di sekitar 2500 SM. Keyakinan Hindu dicatat dalam Bhagavad Gita, yang
mengungkapkan bahwa banyak dewa tunduk pada dewa Brahman tertinggi. Politeisme
juga agama dari banyak kebudayaan kuno lainnya, termasuk Asyur, Babilonia,
Mesir, Yunani dan Roma. Sistem kepercayaan kuno politeistik dewa dipandang sebagai
mengendalikan segala peristiwa alam seperti curah hujan, panen dan kesuburan.
b) Panteisme, Sistem
panteistik: Panteisme (sebuah keyakinan
bahwa semua adalah Tuhan) berlaku di banyak budaya kuno. Kepercayaan bahwa alam
semesta itu sendiri ilahi dilambangkan dalam kepercayaan Animisme dari budaya
India Afrika dan Amerika, agama kemudian Mesir di bawah Pharoahs, dan
Buddhisme, Konfusianisme dan Taoisme dalam budaya Timur Jauh. Kepercayaan
panteistik juga menemukan kebangkitan di antara berbagai gerakan New Age.
Umumnya, panteisme adalah prinsip bahwa Tuhan adalah segalanya, dan semuanya
adalah dewa.
c)
Monoteisme, Sistem monoteistik yaitu Tauhid (keyakinan pada satu
Tuhan) adalah dasar dari garis Yahudi-Kristen-Islam agama, yang dimulai dengan
seorang pria bernama Abraham di sekitar 2000 SM. Dari titik ini dalam sejarah,
Tuhan mulai menyatakan diri-Nya kepada dunia melalui bangsa Israel. Kitab Suci
Yahudi catatan perjalanan orang Israel dari budak di Mesir ke "tanah
perjanjian" di Kanan di bawah kepemimpinan Musa. Selama jangka waktu
sekitar 1500 tahun, Allah mengungkapkan apa yang menjadi Perjanjian Lama dari
Alkitab. Selama periode Kekaisaran Romawi, Yesus Kristus dilahirkan di
Betlehem. Setelah kenaikan Kristus ke surga, gereja Kristen tumbuh dalam
nama-Nya dan Perjanjian Baru ditulis. Sekitar 600 tahun kemudian, Muhammad
mulai berkhotbah di Mekah. Muhammad percaya bahwa ia adalah nabi akan Allah,
dan ajaran-ajarannya menjadi ajaran Islam seperti yang tercatat dalam Al
Qur'an.
2. Metode serta
Pokok-pokok ajaran dalam perbandingan Agama
Ada beberapa metode yang
digunakan dalam Ilmu Perbandingan Agama. Metode-metode tersebut ialah:
1). Metode Historis
Agama yang
dikaji dalam metode ini bukan hanya agama secara keseluruhan, tetapi juga dapat
dikaji aliran-aliran tertentu dari suatu agama maupun tokoh-tokoh tertentu dari
suatu agama dalam periode tertentu dalam sejarah. Dalam metode ini agama dikaji
dari segi atau aspek periodesasi dan saling pengaruh antara agama yang satu
dengan agama lainnya. Di sini dikaji asal-usul dan pertumbuhan pemikiran dan
lembaga-lembaga agama melalui periode-periode perkembangan sejarah tertentu,
serta memahami peranan kekuatan-kekuatan yang diperlihatkan oleh agama dalam
periode tersebut.
Bahan dalam
kajian in biasanya mempergunakan bahan primer dan sekunder, baik yang bersifat
literer (filologis) atau non-literer (arkeologis)[4]
Bila gejala
keagamaan terjadi dimasa lampau dan peneliti berminat mengetahuinya, maka
peneliti dapat melakukan penelitian sejarah yakni melakukan rekonstruksi
terhadap fenomena masa lampau baik gejala keagamaan yang terkait dengan masalah
politik, sosial, ekonomi dan budaya
2).
Metode Sosiologis
Dalam metode ini dikaji problem-problem agama dan masyarakat dalam hubungannya
satu sama lainnya. Banyak yang dapat dikaji dalam metode ini. Misalnya
pengaruh kehidupan masyarakat dan perubahan-perubahannya terhadap pengalaman
agama dan organisasi-organisasinya; pengaruh masyarakat terhadap ajaran-ajaran
agama, praktek-praktek agama, golongan-golongan agama, jenis-jenis kepemimpinan
agama; pengaruh agama terhadap perubahan-perubahan sosial, struktur-struktur
sosial, pemenuhan atau fustrasi kebutuhan kepribadian; pengaruh timbale balik
antara masyarakat dengan struktur intern persekutuan agama (segi
keluar-masuknya jadi anggota, segi kepemimpinannya, toleransinya, kharismanya);
pengaruh gejala-gejala kemasyarakatan (mekanisasi, industrialisasi, urbanisasi,
dan sebagainya) terhadap agama; pengaruh agama terhadap etik, hukum, negara,
politik, ekonomi, hubungan-hubungan sosial.
Beberapa contoh
dari metode sosiologis ini misalnya: kajian Emile Durkheim mengenai hubungan
totem dengan masyarakat. Menurut Emile Durkheim bentuk dan macam totem
tergantung pada bentuk masyarakat. Dalam kajian lainnya ia menghubungkan antara
gejala bunuh diri dengan Katolik dan Protestan. Menurutnya gejala bunuh diri di
kalangan Katolik lebih sedikit dibandingkan di kalangan Protestan. Hal itu
terjadi karena masyarakat di kalangan Katolik lebih banyak tergantung pada
tradisi, sehingga problem-problem yang menimpa anggota-anggotanya dapat
diselesaikan melalui tradisinya. Sedang di kalangan Protestan lebih bersifat
individual, sehingga problem-problem yang menimpa anggota-anggotanya terpaksa
dipecahkan secara individual.[5]
c. Metode Psikologis
Psikologi agama
adalah studi mengenai aspek psikologis dari perilaku beragama, baik sebagai
individu (aspek individuo-psikologis) maupun secara berkelompok/anggota-anggota
dari suatu kelompok (aspek sosio-psikologis). Aspek psikologis dari perilaku
beragama berupa pengalaman religius, seperti:
1)
Ketika seseorang berada dalam puncak spiritual, seperti Mi’rajnya Nabi
menghadap sang Kholiq, atau ketika seseorang Muslim khusyu’ dalam sholatnya,
atau orang kristiani dalam doa dan nyanyian.
2)
Ketika seseorang menerima wahyu/ ilham/ mendengarkan suara hati, ketika
berkomunikasi dengan sang Kholiq, yang ilahi dan supranatural.
Dalam metode
ini dikaji aspek batin dari pengalaman agama individu maupun kelompok. Di
dalam metode ini dikaji interrelasi dan interaksi antara agama dengan jiwa
manusia. Kajian psikologis ini meliputi masalah penyataan (wahyu), iman, pertobatan, suara hati, keinsafan dosa, perasaan bersalah, pengakuan dosa, pengampunan,
kekhawatiran, kebimbangan, penyerahan diri, dan sebagainya.
Beberapa contoh
dari penggunaan metode psikologis misalnya: kajian agama yang dilakukan Sigmund
Freud menyimpulkan bahwa agama harus dipandang sebagai suatu gejala dari
tahun-tahun masa kecil yang hidup terus dalam kedewasaan.
4).
Metode Antropologis
Sosiologi dalam sejarahnya
digunakan untuk mengkaji masyarakat modern, sementara antropologi mengkhususkan
diri terhadap masyarakat primitif. Antropologi sosial agama berkaitan dengan
soal-soal upacara, kepercayaan tindakan dan kebiasaan yang tetap dalam
masyarakat sebelum mengenal tulisan yang menunjuk pada apa yang dianggap suci
dan supranatural. Sekarang terdapat kecenderungan antropologi tidak hanya
digunakan untuk meneliti masyarakat primitif, melainkan juga masyarakat yang
komplek dan maju menganalisis simbolisme dalam agama dan mitos, serta mencoba
mengembangkan metode baru yang lebih tepat untuk studi agama dan mitos.
Antropologi agama memandang agama sebagai fenomena kultural dalam
pengungkapannya yang beragam khususnya tentang kebiasaan, peribadatan dan
kepercayaan dalam hubungan-hubungan sosial.
Metode ini
memandang agama dari sudut pandang budaya manusia. Asal-usul dan perkembangan agama dikaitkan dengan budaya manusia. Biasanya
metode ini berjalan sejajar dengan aliran-aliran yang ada dalam antropologi.[6]
e. Metode Fenomenologis
Metode ini
mengkaji agama dari segi esensinya. Dalam metode ini pengkaji agama berusaha
mengenyampingkan hal-hal yang bersifat subyektif. Pengkaji agama berusaha
mengkaji agama menurut apa yang difahami oleh pemeluknya sendiri, bukan menurut
pengkaji agama..
Cara kerja
metode ini adalah mengklasifikasi, menamai, membandingkan dan melukiskan gejala
agama dan gejala-gejala agamani tersendiri dengan tidak memberikan penilaian
tentang nilai, kenyataan dan kebenaran agama dan gejala-gejala agama tersendiri,
tetapi menyerahkannya kepada filsafat agama dan teologi sistematis. Filsafat
agama akan menilainya dalam terang akal-budi yang murni, sedang teologi
sistematis akan menilainya dalam Penyataan Ilahi atau Wahyu.
f. Metode Typologis
Metode ini mengkaji
agama atau gejala-gejala agama dengan membuat tipe-tipe tertentu. Di sini
gejala-gejala agama yang ruwet disusun dengan tipe-tipe ideal. Dalam metode ini
disusunlah tipe-tipe mistik, teologi, peribadatan, kharisma agama, pemimpin
agama, kekuatan agama, kelompok-kelompok agama, kejiwaan pemeluk agama.
g. Komparatif
Dalam metode
ini agama secara umum atau gejala-gejala agama (unsur-agama) diperbandingkan
satu dengan lainnya. Ada beberapa cara dalam membandingkan ini yang dibandingkan adalah fungsi-fungsi unsur agama dalam konteks budaya.
3. Pokok-pokok Ajaran Dalam Perbandingan
Agama
Di dalam pokok-pokok ajaran dalam
perbandingan agama antara lain :
1. Agama Islam, Menurut ajaran Islam pokok-pokok Agama terdiri dari 3
aspek yaitu :[7] Iman,
islam, Ihsan.
3. Agama Hindu, pokok-pokok dasar ajaran
agama hindu meliputi :
-
Tentang korban dan sajian
-
Tentang roh umum yang bersifat universal
-
Tentang perihal karma
-
Manusia tidak terlepas dari kesengsaraan
-
Tentang kelepasan yaitu cara melepaskan diri dari
kesengsaraan.[9]
4. Agama Budha
Pokok-pokok ajarannya meliputi, jangan berbuat jahat,
tambahlah kebajikan, sucikan hati dan fikiran.
5. Agama Katolik
Pada dasarnya Yesus belum koprehensip meninggalkan
ajaran-ajaran agama Islam, termasuk didalamnya masalah teologi. Itulah sebabnya
pembahasan tentang teologi dalam agama Kristen terjadi perbedaan
pendapat. Namun berdasarkan konsili ditetapkan bahwa teologi Kristen katolik
adalah sebagaimana tercantum dalam kredo iman rasuli, yaitu tri tunggal yang
terdiri dari Allah bapa, Allah Anak dan tuhan Ruh kudus.[10]
[3] A. Mukti Ali, . Ilmu Perbandingan
Agama Sebuah Pembahasan tentang Methodos dan Sistema, 1975, Yogyakarta,hlm. 5.
[4] Jongeneel, J.A.B. Pembimbing ke dalam Ilmu Agama
dan Teologi Kristen Pembimbing Umum Pembimbing ke dalam Ilmu Agama,I. (Jakarta,
1978). Hlm. 51
[7]
Muhammad, Tiga Landasan Utama, 2007, Ebook Islam Hose.com
[8] Ufat ‘Azizus Samad, Islam dan Kristen,,PT Serambi Ilmu semesta, Jakarta,2000,hlm.40.
[9] Djam’annuri, Agama Kita Perspektif Sejarah Agama-Agama, Kurnia Kalam Semesta,
Yogyakarta, 2008, hlm.51.
[10] Nico Syukur, Agama Kita Perspektif Agama-Agama Sebuah
Pengantar, Lefsi, Yogyakarta, 2003, hlm. 8.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar